10 tahun menampuk kekuasaan menjadi pemimpin Kab. Garut, apa yang sudah dilakukan oleh pasangan Rudy-Helmi dalam menjalankan kekuasaan daerah? sudahkah masyarakat garut supra sejahtera ? ataukah kualitas hidup masyarakat mengalami kemajuan eksponensial, baik secara kualitatif ataupun kuantitatif ? Mengingat, waktu 10 tahun bukanlah waktu yang sebentar untuk memimpin suatu daerah, sudah saatnya rakyat mengevaluasi dan ‘mendikte’ kinerja kekuasaan.
Begitu indah dan megahnya potensi alam yang dimiliki oleh Kab. Garut, baik Gunung, rimba, laut, pantai dan sungai yang asri yang dimiliki Garut dan belum tentu dimiliki oleh daerah lain, modal tersebut merupakan competitive advantage yang dimiliki Garut untuk lebih bersinar di antara tepian tanah parahyangan.
Tidak hanya itu, begitupun dengan sumber daya manusia yang ada di Kab. Garut, dengan jumlah 1,39 juta angkatan kerja pada agustus 2023 atau lebih dari separuh penduduk, merupakan sebuah anugerah sumber daya manusia yang luar biasa potensial untuk mengangkat kesejahteraan dan pembangunan sosial masyarakat Garut.
Namun, apakah potensi wisata alam dan sumber daya manusia yang menjadi competitive advantage yang beragam tersebut sudah dikelola dan di-maximasi secara berkeadilan sehingga memberikan kehidupan layak bagi kesejahteraan sosial masyarakat Garut secara luas, atau justru Garut terjebak dalam anomali potensi alam dan pembangunan ?
Suka ataupun tidak, kita perlu memulai untuk membudayakan upaya evaluasi kekuasaan melalui berbagai pendekatan, sehingga cita-cita terciptanya kesejahteraan sosial bagi seluruh masyarakat tidak memudar untuk dijadikan prioritas oleh kekuasaan alih-alih memperkaya segelintir orang di lingkaran kekuasaan dan menjadi duri dalam daging pembangunan daerah.
Anomali yang pertama adalah ketimpangan dalam hal infrastruktur, meskipun memiliki potensi wisata yang besar, jalan raya dan fasilitas umum, di Garut jauh dari kata daerah siap maju, beberapa wilayah masih mengandalkan jalan yang rusak atau belum di aspal sehingga membatasi aksestabilitas dan menghambat aktivitas perekonomian dan pertumbuhan ekonomi.
Anomali yang kedua, Garut menghadapi tantangan dalam pembangunan ekonomi yang tidak merata. Meskipun sektor pertanian dan pariwisata memiliki potensi besar, manfaat ekonomi dari sektor-sektor ini seringkali tidak dirasakan secara merata oleh seluruh masyarakat. Beberapa daerah terutama di pedesaan, masih banyak bergantung pada pertanian subsisten dan menghadapi tantangan dalam hal aksestabilitas ke pasar dan teknologi. Ketidakmerataan ini diperparah oleh kurangnya akses ke pendidikan dan pelatihan keterampilan yang memadai. Sehingga hasilnya, banyak masyarakat yang tidak memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk berpartisipasi dalam ekonomi modern atau memanfaatkan peluang baru.
Anomali ketiga, yaitu keseriusan dalam upaya pembangunan manusia. 10 tahun pemerintahan kab. Garut sebelumnya, bisa kita lihat, pemerintah belum sukses dalam upaya melakukan akselerasi pembangunan manusia, hal tersebut bisa dilihat melalui data BPS bahwa Indeks pembangunan manusia di Kab. Garut pada tahun 2014 yaitu 62,23 dan pada 2024 yaitu 68,11, dan persentase tersebut tetap menempati ranking 3 terbawah di antara kabupaten/kota yang ada di Provinsi Jawa Barat selama 10 tahun terakhir.
Fenomena tersebut mengindikasikan bahwa kehidupan masyarakat yang panjang dan sehat, berpengetahuan dan memiliki standar kehidupan yang layak di Kab. Garut, masih jauh dari cita-cita Indonesia emas 2045. Atau barangkali upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia tidak terlalu diperhatikan secara serius oleh pemerintah?.
Melihat anomali-anomali 10 tahun kekuasaan sebelumnya, kita perlu melakukan evaluasi secara ekstrem akan sirkulasi kepemimpinan yang ada di Kab. Garut sehingga dapat membentuk dan menghasilkan sosok pemimpin baru yang segar, lihai dalam memaksimalkan potensi daerah, dan berpihak pada kemajuan masyarakat, pembangunan dan juga dapat membangun harapan-harapan baru sekaligus arah baru pembangunan yang berdampak nyata bagi masyarakat.
Keberanian dan konsistensi untuk menyuarakan perubahan dan ‘Garut baru’, hari ini perlu kita mulai suarakan dengan lantang secara bersama-sama, agar Garut kedepan, tidak terjebak (lagi?) pada lingkaran setan dan ‘trap’ anomali-anomali pembangunan lain yang lebih mengerikan.
oleh: (Bimantara Muhammad)